Saturnus adalah sebuah planet di tata surya yang dikenal juga sebagai planet bercincin, dan merupakan planet terbesar kedua di tata surya setelah Jupiter. Jarak Saturnus sangat jauh dari Matahari, karena itulah Saturnus tampak tidak terlalu jelas dari Bumi.
Saturnus berevolusi dalam waktu 29,46 tahun. Setiap 378 hari, Bumi,
Saturnus dan Matahari akan berada dalam satu garis lurus. Selain
berevolusi, Saturnus juga berotasi dalam waktu yang sangat singkat,
yaitu 10 jam 40 menit 24 detik.
Saturnus memiliki kerapatan yang rendah karena sebagian besar zat
penyusunnya berupa gas dan cairan. Inti Saturnus diperkirakan terdiri
dari batuan padat dengan atmosfer tersusun atas gas amonia dan metana, hal ini tidak memungkinkan adanya kehidupan di Saturnus.
Cincin Saturnus sangat unik, terdiri beribu-ribu cincin yang
mengelilingi planet ini. Bahan pembentuk cincin ini masih belum
diketahui. Para ilmuwan berpendapat, cincin itu tidak mungkin terbuat
dari lempengan padat karena akan hancur oleh gaya sentrifugal.
Namun, tidak mungkin juga terbuat dari zat cair karena gaya sentrifugal
akan mengakibatkan timbulnya gelombang. Jadi, sejauh ini, diperkirakan
yang paling mungkin membentuk cincin-cincin itu adalah
bongkahan-bongkahan es meteorit. Cincin ini terentang dari 6.630 km -
120.700 km di atas atmosfer Saturnus.
Hingga 2006, Saturnus diketahui memiliki 56 buah satelit alami. Tujuh di antaranya cukup masif untuk dapat runtuh berbentuk bola di bawah gaya grafitasinya sendiri. Mereka adalah Mimas, Enceladus,Tethys,Dione, Rhea, Titan (Satelit terbesar dengan ukuran lebih besar dari planet Merkurius) dan Iapetus.
Saturnus adalah sebuah planet di tata surya yang dikenal juga sebagai planet bercincin, dan merupakan planet terbesar kedua di tata surya setelah Jupiter. Jarak Saturnus sangat jauh dari Matahari, karena itulah Saturnus tampak tidak terlalu jelas dari Bumi.
Saturnus berevolusi dalam waktu 29,46 tahun. Setiap 378 hari, Bumi,
Saturnus dan Matahari akan berada dalam satu garis lurus. Selain
berevolusi, Saturnus juga berotasi dalam waktu yang sangat singkat,
yaitu 10 jam 40 menit 24 detik.
Saturnus memiliki kerapatan yang rendah karena sebagian besar zat
penyusunnya berupa gas dan cairan. Inti Saturnus diperkirakan terdiri
dari batuan padat dengan atmosfer tersusun atas gas amonia dan metana, hal ini tidak memungkinkan adanya kehidupan di Saturnus.
Cincin Saturnus sangat unik, terdiri beribu-ribu cincin yang
mengelilingi planet ini. Bahan pembentuk cincin ini masih belum
diketahui. Para ilmuwan berpendapat, cincin itu tidak mungkin terbuat
dari lempengan padat karena akan hancur oleh gaya sentrifugal.
Namun, tidak mungkin juga terbuat dari zat cair karena gaya sentrifugal
akan mengakibatkan timbulnya gelombang. Jadi, sejauh ini, diperkirakan
yang paling mungkin membentuk cincin-cincin itu adalah
bongkahan-bongkahan es meteorit. Cincin ini terentang dari 6.630 km -
120.700 km di atas atmosfer Saturnus.
Hingga 2006, Saturnus diketahui memiliki 56 buah satelit alami.. Tujuh di antaranya cukup masif untuk dapat runtuh berbentuk bola di bawah gaya grafitasinya sendiri. Mereka adalah Mimas, Enceladus, Tethys, Dione, Rhea, Titan (Satelit terbesar dengan ukuran lebih besar dari planet Merkurius) dan Iapetus.
Bentuk fisik
Saturnus memiliki bentuk yang diratakan di kutub dan dibengkakkan keluar disekitar khatulistiwa. Diameter khatulistiwa Saturnus sebesar 120.536 km (74.867 mil)
dimana diameter dari Kutub Utara ke Kutub Selatan sebesar 108.728 km
(67.535 mil), berbeda sebesar 9%. Bentuk yang diratakan ini disebabkan
oleh rotasinya yang sangat cepat, merotasi setiap 10 jam 14 menit waktu Bumi. Saturnus adalah satu-satunya Planet di tata surya yang massa jenisnya lebih sedikit daripada air. Walaupun inti Saturnus memiliki massa jenis yang lebih besar daripada air, planet ini memiliki atmosfer yang mengandung gas, sehingga massa jenis relatif planet ini sebesar is
0.69 g/cm³ (lebih sedikit daripada air), sebagai hasilnya, jika
Saturnus diletakan di atas kolam yang penuh air, Saturnus akan
mengapung.
Atmosfer
Awan heksagonal kutub utara yang pertama dideteksi oleh Voyager 1 dan akhirnya dipastikan oleh Cassini
Komposisi
Bagian luar atmosfer Saturnus terbuat dari 96.7% hidrogen dan 3% helium, 0.2% metana dan 0.02% amonia. Pada atmosfer Saturnus juga terdapat sedikit kandungan asitelana, etana dan fosfin.
Awan
Awan Saturnus, seperti halnya Yupiter, merotasi dengan kecepatan yang
berbeda-beda bergantung dari posisi lintangnya. Tidak seperti Yupiter,
awan Saturnus lebih redup dan awan Saturnus lebih lebar di khatulistiwa.
Awan terendah Saturnus dibuat oleh air es dan dengan ketebalan sekitar
10 km. Temperatur Saturnus cukup rendah, dengan suhu 250 K (-10°F, -23°C). Awan di atasnya, memiliki ketebalan 50 kilometer, terbuat dari es amonium hidrogensulfida (simbol kimia: NH4HS) dan di atas awan tersebut terdapat awan es amonia dengan ketebalan 80 kilometer. Bagian teratas dibuat dari gas hidrogen dan helium, dimana tebalnya sekitar 200 dan 270 kilometer. Aurora juga diketahui terbentuk di mesosfer Saturnus.[10]
Temperatur di awan bagian atas Saturnus sangat rendah, yaitu sebesar 98
K (-283 °F, -175 °C). Temperatur di awan bagian dalam Saturnus lebih
besar daripada yang diluar karena panas yang diproduksi di bagian dalam
Saturn. Angin Saturnus merupakan salah satu dari angin terkencang di Tata Surya, mencapai kecepatan 500 m/s (1.800 km/h, 1.118 mph), yang jauh lebih cepat daripada angin yang ada di Bumi.
Pada Atmosfer Saturnus juga terdapat awan berbentuk lonjong yang
mirip dengan awan berbentuk lonjong yang lebih jelas yang ada di
Yupiter. Titik lonjong ini adalah badai besar, mirip dengan angin taufan
yang ada di Bumi. Pada tahun 1990, Teleskop Hubble mendeteksi awan putih didekat khatulistiwa Saturnus. Badai seperti tahun 1990 diketahui dengan nama Bintik Putih Raksasa, badai unik Saturnus yang hanya ada dalam waktu yang pendek dan muncul setiap 30 tahun waktu Bumi. Bintik Putih Raksasa juga ditemukan tahun 1876, 1903, 1933 dan tahun 1960. Jika lingkaran konstan ini berlanjut, diprediksi bahwa pada tahun 2020 bintik putih besar akan terbentuk kembali.
Pesawat angkasa Voyager 1 mendeteksi awan heksagonal didekat kutub utara Saturnus sekitar bujur 78° utara. Cassini-Huygens nantinya mengkonfirmasi hal ini tahun 2006.
Tidak seperti kutub utara, kutub selatan tidak menunjukan bentuk awan
heksagonal dan yang menarik, Cassini menemukan badai mirip dengan siklon tropis
terkunci di kutub selatan dengan dinding mata yang jelas. Penemuan ini
mendapat catatan karena tidak ada planet lain kecuali Bumi di tata surya
yang memiliki dinding mata.
Inti Planet
Inti Planet Saturnus mirip dengan Yupiter. Planet ini memiliki inti planet di pusatnya dan sangat panas, temperaturnya mencapai 15.000 K (26.540 °F, 14.730 °C). Inti Planet Saturnus sangat panas dan inti planet ini meradiasi sekitar 21/2 kali lebih panas daripada jumlah energi yang diterima Saturnus dari Matahari.[11] Inti Planet Saturnus sama besarnya dengan Bumi, namun jumlah massa jenisnya lebih besar. Diatas inti Saturnus terdapat bagian yang lebih tipis yang merupakan hidrogen metalik, sekitar 30.000 km (18.600 mil). Diatas bagian tersebut terdapat daerah liquid hidrogen dan helium.[15] Inti planet Saturnus berat, dengan massa sekitar 9 sampai 22 kali lebih dari massa inti Bumi.[16]
Medan gaya
Saturnus memiliki medan gaya alami yang lebih lemah dari Yupiter.
Medan gaya Saturnus unik karena porosnya simetrikal, tidak seperti
planet lainnya. Saturnus menghasilkan gelombang radio, namun mereka
terlalu lemah untuk dideteksi dari Bumi. satelit dari Saturnus, Titan mengorbit di bagian luar medan gaya Saturnus dan memberikan keluar plasma terhadap daerah dari partikel dari atmosfer Titan yang yang diionisasi.[17]
Rotasi dan orbit
Animasi awan heksagonal Saturnus.
Jarak antara Matahari dan Saturnus lebih dari 1.4 milyar km, sekitar 9 kali jarak antara Bumi dan Matahari. Perlu 29,46 tahun Bumi untuk Saturnus untuk mengorbit Matahari yang diketahui dengan nama periode orbit
Saturnus. Saturnus memiliki periode rotasi selama 10 jam 40 menit 24
detik waktu Bumi. Namun, Saturnus tidak merotasi dalam rata-rata yang
konstan. Periode rotasi Saturnus tergantung dengan kecepatan rotasi
gelombang radio yang dikeluarkan oleh Saturnus. Pesawat angkasa Cassini-Huygens
menemukan bahwa emisi radio melambat dan periode rotasi Saturnus
meningkat. Tidak diketahui hal apa yang menyebabkan gelombang radio
melambat.
Cincin Saturnus
Saturnus terkenal karena cincin di planetnya, yang menjadikannya
sebagai salah satu obyek dapat dilihat yang paling menakjubkan dalam
sistem tata surya.
Sejarah
Cincin itu pertama sekali dilihat oleh Galileo Galilei pada tahun 1610 dengan teleskopnya, tetapi dia tidak dapat memastikannya. Dia kemudian menulis kepada adipati Toscana
bahwa "Saturnus tidak sendirian, tetapi terdiri dari tiga yang hampir
bersentuhan dan tidak bergerak. Cincin itu tersusun dalam garis sejajar
dengan zodiak dan yang di tengah (Saturnus) adalah tiga kali besar yang
lurus (penjuru cincin)". Dia juga mengira bahwa Saturnus memiliki
"telinga." Pada tahun 1612 sudut cincin menghadap tepat pada bumi dan cincin tersebut akhirnya hilang dan kemudian pada tahun 1613 cincin itu muncul kembali, yang membuat Galileo bingung.
Persoalan cincin itu tidak dapat diselesaikan sehingga 1655 oleh Christian Huygens, yang menggunakan teleskop yang lebih kuat daripada teleskop yang digunakan Galileo.
Pada tahun 1675 Giovanni Domenico Cassini
menentukan bahwa cincin Saturnus sebenarnya terdiri dari berbagai
cincin yang lebih kecil dengan ruang antara mereka, bagian terbesar
dinamakan Divisi Cassini.
Pada tahun 1859, James Clerk Maxwell
menunjukan bahwa cincin tersebut tidak padat, namun terbuat dari
partikel-partikel kecil, yang mengorbit Saturnus sendiri-sendiri dan
jika tidak, cincin itu akan tidak stabil atau terpisah.[18] James Keeler mempelajari cincin itu menggunakan spektrometer tahun 1895 yang membuktikan bahwa teori Maxwell benar.
Bentuk fisik cincin Saturnus
Saturnus yang terlihat dari pesawat angkasa Cassini tahun 2007.
Cincin Saturnus tersebut dapat dilihat dengan menggunakan teleskop
modern berkekuatan sederhana atau dengan teropong berkekuatan tinggi.
Cincin ini menjulur 6.630 km hingga 120.700 km atas khatulistiwa
Saturnus dan terdiri daripada bebatuan silikon dioksida, oksida besi dan partikel es dan batu. Terdapat dua teori mengenai asal cincin Saturnus. Teori pertama diusulkan oleh Édouard Roche
pada abad ke-19, adalah cincin tersebut merupakan bekas satelit
Saturnus yang orbitnya datang cukup dekat dengan Saturnus sehingga pecah
akibat kekuatan pasang surut. Variasi teori ini adalah satelit tersebut pecah akibat hantaman dari komet atau asteroid. Teori kedua adalah cincin tersebut bukanlah dari satelit Saturnus, tetapi ditinggalkan dari nebula
asal yang membentuk Saturnus. Teori ini tidak diterima masa kini
disebabkan cincin Saturnus dianggap tidak stabil melewati periode selama
jutaan tahun dan dengan itu dianggap baru terbentuk.
Sementara ruang terluas di cincin, seperti Divisi Cassini dan Divisi Encke, dapat dilihat dari Bumi, Voyagers
mendapati cincin tersebut mempunyai struktur seni yang terdiri dari
ribuan bagian kecil dan cincin kecil. Struktur ini dipercayai terbentuk
akibat tarikan graviti satelit-satelit Saturnus melalui berbagai cara.
Sebagian bagian dihasilkan akibat satelit kecil yang lewat seperti Pan
dan banyak lagi bagian yang belum ditemukan, sementara sebagian cincin
kecil ditahan oleh medan gravitas satelit penggembala kecil seperti Prometheus dan Pandora.
Bagian lain terbentuk akibat resonansi antara periode orbit dari
partikel di beberapa bagian dan bahwa satelit yang lebih besar yang
terletak lebih jauh, pada Mimas
terdapat divisi Cassini melalui cara ini, justru lebih berstruktur
dalam cincin sebenarnya terdiri dari gelombang berputar yang dihasilkan
oleh gangguan gravitas satelit secara berkala.
Jari-jari
Jari-jari di cincin Saturnus, difoto oleh pesawat angkasa Voyager 2.
Voyager menemukan suatu bentuk seperti ikan pari di cincin Saturnus
yang disebut jari-jari. Jari-jari tersebut terlihat saat gelap ketika
disinari sinar Matahari dan terlihat terang ketika ada dalam sisi yang
tidak diterangi sinar Matahari. Diperkirakan bahwa jari-jari tersebut
adalah debu yang sangat kecil sekali yang naik keatas cincin. Debu itu
merotasi dalam waktu yang sama dengan magnetosfer planet tersebut dan diperkirakan bahwa debu itu memiliki koneksi dengan elektromagnetisme. Namun, alasan utama mengapa jari-jari itu ada masih tidak diketahui.
Cassini menemukan jari-jari tersebut 25 tahun kemudian. Jari-jari tersebut muncul dalam fenomena musiman, menghilang selama titik balik Matahari.
Satelit alami
Titan, salah satu satelit milik Saturnus
Saturnus memiliki 59 satelit alami,
48 di antaranya memiliki nama. Banyak satelit Saturnus yang sangat
kecil, dimana 33 dari 50 satelit memiliki diameter lebih kecil dari 10
kilometer dan 13 satelit lainnya memiliki diameter lebih kecil dari 50
km.[19] 7 satelit lainnya cukup besar untuk, dimana satelit tersebut adalah Titan, Rhea, Iapetus, Dione, Tethys, Enceladus dan Mimas. Titan adalah satelit terbesar, lebih besar dari planet Merkurius dan satu-satunya satelit di atmosfer yang memiliki atmosfer yang tebal. Hyperion dan Phoebe adalah satelit terbesar lainnya, dengan diameter lebih besar dari 200 km.
Di Titan, satelit terbesar Saturnus, satelit Desember tahun 2004 dan satelit Januari tahun 2005 banyak foto Titan diambil oleh Cassini-Huygens. 1 bagian dari satelit ini, yaitu Huygens mendarat di Titan.
Eksplorasi
Zaman kuno dan observasi
Saturnus telah diketahui sejak zaman prasejarah.[20]
Pada zaman kuno, planet ini adalah planet terjauh dari 5 planet yang
diketahui di tata surya (termasuk Bumi) dan merupakan karakter utama
dalam berbagai mitologi. Pada mitologi Kekaisaran Romawi, Dewa Saturnus, dimana nama Planet ini diambil dari namanya, adalah dewa pertanian dan panen.[21] Orang Romawi menganggap Saturnus sama dengan Dewa Yunani Kronos.[21] Orang Yunani mengeramatkan planet terluar untuk Kronos,[22] dan orang Romawi mengikutinya.
Pada astrologi Hindu,
terdapat 9 planet dimana Tata Surya diketahui dengan nama Navagraha.
Saturnus, salah satu dari mereka, diketahui dengan nama "Sani" atau
"Shani," hakim dari semua Planet dan menentukan seluruhnya menurut
kelakuan baik atau buruk yang mereka lakukan.[21] Kebudayaan Tiongkok dan Jepang kuno menandakan Saturnus sebagai bintang Bumi (土星). Hal ini berdasarkan 5 elemen yang secara tradisional digunakan untuk mengklasifikasikan elemen alami. Orang Ibrani kuno menyebut Saturnus dengan nama "Shabbathai". Malaikatnya adalah Cassiel. Kepintarannya, atau jiwa bermanfaat, adalah Agiel (layga) dan jiwanya (jiwa gelap) adalah Zazel (lzaz). Orang Turki Ottoman dan orang Melayu menamainya "Zuhal", berasal dari bahasa Arab زحل.
Cincin Saturnus membutuhkan paling sedikit teleskop dengan diameter
75 mm untuk menemukannya dan cincin tersebut tidak diketahui sampai
ditemukan oleh Galileo Galilei tahun 1610.[23] Galileo sempat bingung dengan cincin Saturnus dan mengira bahwa Saturnus bertelinga. Christian Huygens
menggunakan teleskop dengan perbesaran yang lebih besar dan ia
menemukan bahwa cincin itu adalah cincin Saturnus. Huygens juga
menemukan satelit dari Saturnus, Titan. Tidak lama, Giovanni Domenico Cassini menemukan 4 satelit lainnya, Iapetus, Rhea, Tethys dan Dione. Pada tahun 1675, Cassini juga menemukan celah yang disebut dengan divisi Cassini.[24]
Tidak ada penemuan lebih lanjut sampai tahun 1789 ketika William Herschel menemukan 2 satelit lagi, Mimas dan Enceladus. satelit Hyperion, yang memiliki resonansi orbit dengan Titan, ditemukan tahun 1848 oleh tim dari Britania Raya.
Pada tahun 1899, William Henry Pickering menemukan satelit Phoebe. Selama abad ke-20, penelitian terhadap Titan mengakibatkan adanya konfirmasi pada tahun 1944 bahwa Titan memiliki atmosfer yang tebal, dimana Titan menjadi satelit yang unik di antara satelit di Tata Surya lainnya.
Pioneer 11
Saturnus dikunjungi oleh Pioneer 11 pada satelit September tahun 1979.
Pioner 11 terbang 20.000 kilometer dari ujung awan Saturnus. Gambar
Saturnus dan beberapa satelitnya dengan resolusi rendah didapat.
Resolusi gambar tersebut tidak bagus untuk melihat fitur permukaan.
Pesawat udara juga mempelajari cincin Saturnus, di antara
penemuan-penemuan, terdapat penemuan cincin-F dan fakta bahwa celah
gelap di cincin terang jika dilihat kearah Matahari, dalam kata lain,
mereka bukan material kosong. Pioneer 11 juga mengukur temperatur Titan.[25]
Voyager
Pada bulan November tahun 1980, Voyager 1
mengunjungi sistem Saturnus. Pesawat ini mengirim kembali gambar
Planet, cincin dan satelitnya dalam resolusi besar. Fitur permukaan
berbagai satelit dilihat pertama kali. Voyager 1 melakukan penerbangan
dekat dengan Titan dan meningkatkan pengetahuan manusia atas Titan,
selain itu, Voyager 1 juga membuktikan bahwa atmosfer Titan tidak dapat
dilalui dalam panjang gelombang yang dapat dilihat, sehingga, tidak ada
detail tentang permukaan Titan.[26]
1 tahun kemudian, pada bulan Agustus tahun 1981, Voyager 2
melanjutkan penelitian sistem Saturnus. Lebih banyak foto
satelit-satelit Saturnus jarak dekat yang didapat. Namun terjadi
ketidakberuntungan, selama penerbangan, kamera satelit tersangkut untuk
beberapa hari dan beberapa pengambilan gambar yang direncanakan hilang.
Graviti Saturnus digunakan untuk mengarahkan lintasan pesawat angkasa
tersebut menuju Uranus.[26]
Satelit tersebut menemukan dan memperjelas beberapa satelit baru yang
mengorbit di dekat cincin Saturnus. Mereka juga menemukan celah kecil Maxwell dan Keeler (celah seluas 42 km di cincin Saturnus).
Cassini
Gambaran Artis tentang Cassini yang sedang mengorbit Saturnus.
Posisi-posisi Saturnus: 2001–2029
Pada tanggal 1 Juli 2004, pesawat angkasa Cassini–Huygens melakukan manuver SOI (Saturn Orbit Insertion) dan memasuki orbit sekitar Saturnus. Sebelum SOI, Cassini telah mempelajari sistem ini. Pada bulan Juni tahun 2004, Cassini telah melakukan penerbangan dekat ke Phoebe dan memberikan data dan gambar dengan resolusi besar.
Penerbangan Cassini ke satelit terbesar Titan
telah menangkap gambar danau besar dan pantai serta beberapa pulau dan
pegunungan. Cassini menyelesaikan 2 penerbangan Titan sebelum
mengeluarkan satelit Huygens pada tanggal 25 Desember 2004. Huygens turun ke permukaan Titan pada tanggal 14 Januari 2005, mengirim data selama turun ke atmosfer dan pendaratan. Selama tahun 2005,
Cassini melakukan beberapa penerbangan ke Titan dan satelit yang
mengandung es. Penerbangan Cassini ke Titan yang terakhir dijadwalkan
pada tanggal 19 Juli 2007.
Sejak awal tahun 2005,
ilmuan telah meneliti tentang petir di Saturnus, yang ditemukan oleh
Cassini. Kekuatan petir di Saturnus diperkirakan 1000 kali lebih besar
daripada petir di Bumi. Para ilmuan percaya bahwa badai ini adalah badai terkuat yang pernah terlihat.[27]
Pada tanggal 10 Maret 2006,
NASA melaporkan bahwa, melalui gambar, satelit Cassini menemukan
fakta-fakta tentang cairan air yang meletus di geiser di salah satu
satelit Saturnus, Enceladus.
Gambar tersebut juga menunjukan partikel air di cairan tersebut
dipancarkan oleh pancaran es. Menurut Dr. Andrew Ingersoll dari Institut
Teknologi California,
"satelit lainnya di tata surya memiliki samudera cairan air yang
ditutup oleh es. Apa yang berbeda disini adalah bahwa cairan air tidak
akan lebih dari 10 meter dibawah permukaan."[28]
Pada tanggal 20 September 2006,
sebuah foto dari satelit Cassini menemukan cincin Saturnus yang belum
ditemukan, diluar cincin utama Saturnus yang lebih bercahaya dan di
dalam cincin G dan E. Cincin ini merupakan hasil dari tabrakan meteor dengan 2 satelit Saturnus.[29]
Pada bulan Juli tahun 2006, Cassini melihat bukti pertama danau hidrokarbon didekat kutub utara Titan, yang dikonfirmasi pada bulan Januari tahun 2007. Pada bulan Maret tahun 2007, beberapa gambar didekat kutub utara Titan menemukan "lautan" hidrokarbon, yang terbesar dimana besarnya hampir sebesar Laut Kaspia.[30]
Pada tahun 2006, satelit itu telah menemukan dan mengkonfirmasi 4 satelit baru. Misi utama satelit ini akan berakhir tahun 2008
ketika pesawat angkasa akan diperkirakan menyelesaikan 74 misi
mengelilingi orbit disekitar planet. Namun satelit itu diperkirakan baru
menyelesaikan setidak-tidaknya satu misi.
Penglihatan paling baik
Saturnus adalah planet terjauh dari 5 planet yang paling mudah dilihat dengan mata telanjang dan 4 planet lainnya adalah Merkurius, Venus, Mars dan Yupiter (Uranus dan 4 Vesta
terlihat dengan mata telanjang ketika langit gelap) dan planet terakhir
yang diketahui oleh astronom awal sampai Uranus ditemukan tahun 1781.
Saturnus muncul dalam penglihatan mata telanjang pada saat langit malam
sebagai titik terang dan berwarna kuning. Bantuan optik (teleskop)
perlu diperbesar setidak-tidaknya 20X untuk melihat cincin Saturnus bagi
banyak orang.[31] |
Bentuk fisik
Besar Saturnus dibandingkan dengan
Bumi.
Saturnus memiliki bentuk yang diratakan di kutub dan dibengkakkan keluar disekitar
khatulistiwa.
Diameter khatulistiwa Saturnus sebesar 120.536
km (74.867
mil)
dimana diameter dari Kutub Utara ke Kutub Selatan sebesar 108.728 km
(67.535 mil), berbeda sebesar 9%. Bentuk yang diratakan ini disebabkan
oleh
rotasinya yang sangat cepat, merotasi setiap 10 jam 14 menit waktu
Bumi. Saturnus adalah satu-satunya Planet di
tata surya yang
massa jenisnya lebih sedikit daripada air. Walaupun inti Saturnus memiliki massa jenis yang lebih besar daripada air, planet ini memiliki
atmosfer
yang mengandung gas, sehingga massa jenis relatif planet ini sebesar is
0.69 g/cm³ (lebih sedikit daripada air), sebagai hasilnya, jika
Saturnus diletakan di atas kolam yang penuh air, Saturnus akan
mengapung.
Atmosfer
Komposisi
Bagian luar atmosfer Saturnus terbuat dari 96.7%
hidrogen dan 3%
helium, 0.2%
metana dan 0.02%
amonia. Pada atmosfer Saturnus juga terdapat sedikit kandungan
asetilena,
etana dan
fosfin.
[10]
Awan
Awan Saturnus, seperti halnya Yupiter, merotasi dengan kecepatan yang
berbeda-beda bergantung dari posisi lintangnya. Tidak seperti Yupiter,
awan Saturnus lebih redup dan awan Saturnus lebih lebar di khatulistiwa.
Awan terendah Saturnus dibuat oleh air es dan dengan ketebalan sekitar
10
kilometer. Temperatur Saturnus cukup rendah, dengan suhu 250
K (-10°
F, -23°
C). Awan di atasnya, memiliki ketebalan 50 kilometer, terbuat dari es
amonium hidrogensulfida (simbol kimia: NH
4HS) dan di atas awan tersebut terdapat awan es
amonia dengan ketebalan 80 kilometer. Bagian teratas dibuat dari gas
hidrogen dan
helium, dimana tebalnya sekitar 200 dan 270 kilometer.
Aurora juga diketahui terbentuk di
mesosfer Saturnus.
[10]
Temperatur di awan bagian atas Saturnus sangat rendah, yaitu sebesar 98
K (-283 °F, -175 °C). Temperatur di awan bagian dalam Saturnus lebih
besar daripada yang diluar karena panas yang diproduksi di bagian dalam
Saturn.
[11] Angin Saturnus merupakan salah satu dari angin terkencang di
Tata Surya, mencapai kecepatan 500 m/s (1.800 km/h, 1.118 mph),
[12] yang jauh lebih cepat daripada angin yang ada di
Bumi.
Pada Atmosfer Saturnus juga terdapat awan berbentuk lonjong yang
mirip dengan awan berbentuk lonjong yang lebih jelas yang ada di
Yupiter. Titik lonjong ini adalah badai besar, mirip dengan angin taufan
yang ada di Bumi. Pada tahun 1990,
Teleskop Hubble mendeteksi awan putih didekat khatulistiwa Saturnus. Badai seperti tahun 1990 diketahui dengan nama
Bintik Putih Raksasa, badai unik Saturnus yang hanya ada dalam waktu yang pendek dan muncul setiap 30 tahun waktu Bumi.
[13] Bintik Putih Raksasa juga ditemukan tahun
1876,
1903,
1933 dan tahun
1960. Jika lingkaran konstan ini berlanjut, diprediksi bahwa pada tahun
2020 bintik putih besar akan terbentuk kembali.
[14]
Pesawat angkasa
Voyager 1 mendeteksi awan
heksagonal didekat kutub utara Saturnus sekitar bujur 78° utara.
Cassini-Huygens nantinya mengkonfirmasi hal ini tahun
2006.
Tidak seperti kutub utara, kutub selatan tidak menunjukan bentuk awan
heksagonal dan yang menarik, Cassini menemukan badai mirip dengan
siklon tropis
terkunci di kutub selatan dengan dinding mata yang jelas. Penemuan ini
mendapat catatan karena tidak ada planet lain kecuali Bumi di tata surya
yang memiliki dinding mata.
Inti Planet
Inti Planet Saturnus mirip dengan
Yupiter. Planet ini memiliki inti planet di pusatnya dan sangat panas, temperaturnya mencapai 15.000
K (26.540
°F, 14.730
°C). Inti Planet Saturnus sangat panas dan inti planet ini meradiasi sekitar 2
1/2 kali lebih panas daripada jumlah energi yang diterima Saturnus dari
Matahari.
[11] Inti Planet Saturnus sama besarnya dengan
Bumi, namun jumlah massa jenisnya lebih besar. Diatas inti Saturnus terdapat bagian yang lebih tipis yang merupakan
hidrogen metalik, sekitar 30.000 km (18.600 mil). Diatas bagian tersebut terdapat daerah liquid hidrogen dan
helium.
[15] Inti planet Saturnus berat, dengan
massa sekitar 9 sampai 22 kali lebih dari
massa inti
Bumi.
[16]
Medan gaya
Saturnus memiliki medan gaya alami yang lebih lemah dari
Yupiter.
Medan gaya Saturnus unik karena porosnya simetrikal, tidak seperti
planet lainnya. Saturnus menghasilkan gelombang radio, namun mereka
terlalu lemah untuk dideteksi dari Bumi. satelit dari Saturnus,
Titan mengorbit di bagian luar medan gaya Saturnus dan memberikan keluar
plasma terhadap daerah dari partikel dari atmosfer Titan yang yang di
ionisasi.
[17]
Rotasi dan orbit
Animasi awan heksagonal Saturnus.
Jarak antara
Matahari dan Saturnus lebih dari 1.4
milyar km, sekitar 9 kali jarak antara
Bumi dan
Matahari. Perlu 29,46 tahun Bumi untuk Saturnus untuk mengorbit
Matahari yang diketahui dengan nama
periode orbit
Saturnus. Saturnus memiliki periode rotasi selama 10 jam 40 menit 24
detik waktu Bumi. Namun, Saturnus tidak merotasi dalam rata-rata yang
konstan. Periode rotasi Saturnus tergantung dengan kecepatan rotasi
gelombang radio yang dikeluarkan oleh Saturnus. Pesawat angkasa
Cassini-Huygens
menemukan bahwa emisi radio melambat dan periode rotasi Saturnus
meningkat. Tidak diketahui hal apa yang menyebabkan gelombang radio
melambat.
Cincin Saturnus
Saturnus terkenal karena cincin di planetnya, yang menjadikannya
sebagai salah satu obyek dapat dilihat yang paling menakjubkan dalam
sistem tata surya.
Sejarah
Cincin itu pertama sekali dilihat oleh
Galileo Galilei pada tahun
1610 dengan
teleskopnya, tetapi dia tidak dapat memastikannya. Dia kemudian menulis kepada adipati
Toscana
bahwa "Saturnus tidak sendirian, tetapi terdiri dari tiga yang hampir
bersentuhan dan tidak bergerak. Cincin itu tersusun dalam garis sejajar
dengan zodiak dan yang di tengah (Saturnus) adalah tiga kali besar yang
lurus (penjuru cincin)". Dia juga mengira bahwa Saturnus memiliki
"telinga." Pada tahun
1612 sudut cincin menghadap tepat pada
bumi dan cincin tersebut akhirnya hilang dan kemudian pada tahun
1613 cincin itu muncul kembali, yang membuat Galileo bingung.
Persoalan cincin itu tidak dapat diselesaikan sehingga
1655 oleh
Christian Huygens, yang menggunakan teleskop yang lebih kuat daripada teleskop yang digunakan Galileo.
Pada tahun
1675 Giovanni Domenico Cassini
menentukan bahwa cincin Saturnus sebenarnya terdiri dari berbagai
cincin yang lebih kecil dengan ruang antara mereka, bagian terbesar
dinamakan Divisi Cassini.
Pada tahun
1859,
James Clerk Maxwell
menunjukan bahwa cincin tersebut tidak padat, namun terbuat dari
partikel-partikel kecil, yang mengorbit Saturnus sendiri-sendiri dan
jika tidak, cincin itu akan tidak stabil atau terpisah.
[18] James Keeler mempelajari cincin itu menggunakan
spektrometer tahun
1895 yang membuktikan bahwa teori Maxwell benar.
Bentuk fisik cincin Saturnus
Saturnus yang terlihat dari pesawat angkasa Cassini tahun 2007.
Cincin Saturnus tersebut dapat dilihat dengan menggunakan teleskop
modern berkekuatan sederhana atau dengan teropong berkekuatan tinggi.
Cincin ini menjulur 6.630 km hingga 120.700 km atas khatulistiwa
Saturnus dan terdiri daripada bebatuan
silikon dioksida,
oksida besi dan partikel es dan batu. Terdapat dua teori mengenai asal cincin Saturnus. Teori pertama diusulkan oleh
Édouard Roche
pada abad ke-19, adalah cincin tersebut merupakan bekas satelit
Saturnus yang orbitnya datang cukup dekat dengan Saturnus sehingga pecah
akibat kekuatan pasang surut. Variasi teori ini adalah
satelit tersebut pecah akibat hantaman dari
komet atau
asteroid. Teori kedua adalah cincin tersebut bukanlah dari satelit Saturnus, tetapi ditinggalkan dari
nebula
asal yang membentuk Saturnus. Teori ini tidak diterima masa kini
disebabkan cincin Saturnus dianggap tidak stabil melewati periode selama
jutaan tahun dan dengan itu dianggap baru terbentuk.
Sementara ruang terluas di cincin, seperti Divisi Cassini dan Divisi Encke, dapat dilihat dari Bumi,
Voyagers
mendapati cincin tersebut mempunyai struktur seni yang terdiri dari
ribuan bagian kecil dan cincin kecil. Struktur ini dipercayai terbentuk
akibat tarikan graviti satelit-satelit Saturnus melalui berbagai cara.
Sebagian bagian dihasilkan akibat satelit kecil yang lewat seperti
Pan
dan banyak lagi bagian yang belum ditemukan, sementara sebagian cincin
kecil ditahan oleh medan gravitas satelit penggembala kecil seperti
Prometheus dan
Pandora.
Bagian lain terbentuk akibat resonansi antara periode orbit dari
partikel di beberapa bagian dan bahwa satelit yang lebih besar yang
terletak lebih jauh, pada
Mimas
terdapat divisi Cassini melalui cara ini, justru lebih berstruktur
dalam cincin sebenarnya terdiri dari gelombang berputar yang dihasilkan
oleh gangguan gravitas satelit secara berkala.
Jari-jari
Jari-jari di cincin Saturnus, difoto oleh pesawat angkasa Voyager 2.
Voyager menemukan suatu bentuk seperti ikan pari di cincin Saturnus
yang disebut jari-jari. Jari-jari tersebut terlihat saat gelap ketika
disinari sinar Matahari dan terlihat terang ketika ada dalam sisi yang
tidak diterangi sinar Matahari. Diperkirakan bahwa jari-jari tersebut
adalah debu yang sangat kecil sekali yang naik keatas cincin. Debu itu
merotasi dalam waktu yang sama dengan
magnetosfer planet tersebut dan diperkirakan bahwa debu itu memiliki koneksi dengan
elektromagnetisme. Namun, alasan utama mengapa jari-jari itu ada masih tidak diketahui.
Cassini menemukan jari-jari tersebut 25 tahun kemudian. Jari-jari tersebut muncul dalam fenomena musiman, menghilang selama
titik balik Matahari.
Satelit alami
Titan, salah satu satelit milik Saturnus
Saturnus memiliki 59
satelit alami,
48 di antaranya memiliki nama. Banyak satelit Saturnus yang sangat
kecil, dimana 33 dari 50 satelit memiliki diameter lebih kecil dari 10
kilometer dan 13 satelit lainnya memiliki diameter lebih kecil dari 50
km.
[19] 7 satelit lainnya cukup besar untuk, dimana satelit tersebut adalah
Titan,
Rhea,
Iapetus,
Dione,
Tethys,
Enceladus dan
Mimas. Titan adalah satelit terbesar, lebih besar dari planet
Merkurius dan satu-satunya satelit di atmosfer yang memiliki atmosfer yang tebal.
Hyperion dan
Phoebe adalah satelit terbesar lainnya, dengan diameter lebih besar dari 200 km.
Di Titan, satelit terbesar Saturnus, satelit
Desember tahun
2004 dan satelit
Januari tahun
2005 banyak foto Titan diambil oleh
Cassini-Huygens. 1 bagian dari satelit ini, yaitu Huygens mendarat di Titan.
Eksplorasi
Zaman kuno dan observasi
Saturnus telah diketahui sejak zaman prasejarah.
[20]
Pada zaman kuno, planet ini adalah planet terjauh dari 5 planet yang
diketahui di tata surya (termasuk Bumi) dan merupakan karakter utama
dalam berbagai mitologi. Pada mitologi
Kekaisaran Romawi, Dewa Saturnus, dimana nama Planet ini diambil dari namanya, adalah dewa pertanian dan panen.
[21] Orang Romawi menganggap Saturnus sama dengan Dewa Yunani Kronos.
[21] Orang Yunani mengeramatkan planet terluar untuk Kronos,
[22] dan orang Romawi mengikutinya.
Pada astrologi
Hindu,
terdapat 9 planet dimana Tata Surya diketahui dengan nama Navagraha.
Saturnus, salah satu dari mereka, diketahui dengan nama "Sani" atau
"Shani," hakim dari semua Planet dan menentukan seluruhnya menurut
kelakuan baik atau buruk yang mereka lakukan.
[21] Kebudayaan
Tiongkok dan
Jepang kuno menandakan Saturnus sebagai
bintang Bumi (土星). Hal ini berdasarkan 5 elemen yang secara tradisional digunakan untuk mengklasifikasikan elemen alami. Orang
Ibrani kuno menyebut Saturnus dengan nama "Shabbathai".
Malaikatnya adalah Cassiel. Kepintarannya, atau jiwa bermanfaat, adalah
Agiel (layga) dan jiwanya (jiwa gelap) adalah Zazel (lzaz). Orang
Turki Ottoman dan orang
Melayu menamainya "Zuhal", berasal dari
bahasa Arab زحل.
Cincin Saturnus membutuhkan paling sedikit teleskop dengan diameter
75 mm untuk menemukannya dan cincin tersebut tidak diketahui sampai
ditemukan oleh
Galileo Galilei tahun
1610.
[23] Galileo sempat bingung dengan cincin Saturnus dan mengira bahwa Saturnus bertelinga.
Christian Huygens
menggunakan teleskop dengan perbesaran yang lebih besar dan ia
menemukan bahwa cincin itu adalah cincin Saturnus. Huygens juga
menemukan satelit dari Saturnus,
Titan. Tidak lama,
Giovanni Domenico Cassini menemukan 4 satelit lainnya,
Iapetus,
Rhea,
Tethys dan
Dione. Pada tahun
1675, Cassini juga menemukan celah yang disebut dengan divisi Cassini.
[24]
Tidak ada penemuan lebih lanjut sampai tahun
1789 ketika
William Herschel menemukan 2 satelit lagi,
Mimas dan
Enceladus. satelit
Hyperion, yang memiliki resonansi orbit dengan
Titan, ditemukan tahun
1848 oleh tim dari
Britania Raya.
Pada tahun
1899,
William Henry Pickering menemukan satelit
Phoebe. Selama abad ke-20, penelitian terhadap Titan mengakibatkan adanya konfirmasi pada tahun
1944 bahwa Titan memiliki atmosfer yang tebal, dimana Titan menjadi satelit yang unik di antara satelit di
Tata Surya lainnya.
Pioneer 11
Saturnus dikunjungi oleh
Pioneer 11 pada satelit
September tahun
1979.
Pioner 11 terbang 20.000 kilometer dari ujung awan Saturnus. Gambar
Saturnus dan beberapa satelitnya dengan resolusi rendah didapat.
Resolusi gambar tersebut tidak bagus untuk melihat fitur permukaan.
Pesawat udara juga mempelajari cincin Saturnus, di antara
penemuan-penemuan, terdapat penemuan cincin-F dan fakta bahwa celah
gelap di cincin terang jika dilihat kearah Matahari, dalam kata lain,
mereka bukan material kosong. Pioneer 11 juga mengukur temperatur Titan.
[25]
Voyager
Pada bulan
November tahun
1980,
Voyager 1
mengunjungi sistem Saturnus. Pesawat ini mengirim kembali gambar
Planet, cincin dan satelitnya dalam resolusi besar. Fitur permukaan
berbagai satelit dilihat pertama kali. Voyager 1 melakukan penerbangan
dekat dengan Titan dan meningkatkan pengetahuan manusia atas
Titan,
selain itu, Voyager 1 juga membuktikan bahwa atmosfer Titan tidak dapat
dilalui dalam panjang gelombang yang dapat dilihat, sehingga, tidak ada
detail tentang permukaan Titan.
[26]
1 tahun kemudian, pada bulan
Agustus tahun
1981,
Voyager 2
melanjutkan penelitian sistem Saturnus. Lebih banyak foto
satelit-satelit Saturnus jarak dekat yang didapat. Namun terjadi
ketidakberuntungan, selama penerbangan, kamera satelit tersangkut untuk
beberapa hari dan beberapa pengambilan gambar yang direncanakan hilang.
Graviti Saturnus digunakan untuk mengarahkan lintasan pesawat angkasa
tersebut menuju
Uranus.
[26]
Satelit tersebut menemukan dan memperjelas beberapa satelit baru yang
mengorbit di dekat cincin Saturnus. Mereka juga menemukan celah kecil
Maxwell dan
Keeler (celah seluas 42 km di cincin Saturnus).
Cassini
Gambaran Artis tentang Cassini yang sedang mengorbit Saturnus.
Posisi-posisi Saturnus: 2001–2029
Pada tanggal
1 Juli 2004, pesawat angkasa
Cassini–Huygens melakukan manuver
SOI (Saturn Orbit Insertion) dan memasuki orbit sekitar Saturnus. Sebelum SOI, Cassini telah mempelajari sistem ini. Pada bulan
Juni tahun
2004, Cassini telah melakukan penerbangan dekat ke
Phoebe dan memberikan data dan gambar dengan resolusi besar.
Penerbangan
Cassini ke satelit terbesar
Titan
telah menangkap gambar danau besar dan pantai serta beberapa pulau dan
pegunungan. Cassini menyelesaikan 2 penerbangan Titan sebelum
mengeluarkan
satelit Huygens pada tanggal
25 Desember 2004. Huygens turun ke permukaan Titan pada tanggal
14 Januari 2005, mengirim data selama turun ke atmosfer dan pendaratan. Selama tahun
2005,
Cassini melakukan beberapa penerbangan ke Titan dan satelit yang
mengandung es. Penerbangan Cassini ke Titan yang terakhir dijadwalkan
pada tanggal
19 Juli 2007.
Sejak awal tahun
2005,
ilmuan telah meneliti tentang petir di Saturnus, yang ditemukan oleh
Cassini. Kekuatan petir di Saturnus diperkirakan 1000 kali lebih besar
daripada petir di
Bumi. Para ilmuan percaya bahwa badai ini adalah badai terkuat yang pernah terlihat.
[27]
Pada tanggal
10 Maret 2006,
NASA melaporkan bahwa, melalui gambar, satelit Cassini menemukan
fakta-fakta tentang cairan air yang meletus di geiser di salah satu
satelit Saturnus,
Enceladus.
Gambar tersebut juga menunjukan partikel air di cairan tersebut
dipancarkan oleh pancaran es. Menurut Dr. Andrew Ingersoll dari Institut
Teknologi
California,
"satelit lainnya di tata surya memiliki samudera cairan air yang
ditutup oleh es. Apa yang berbeda disini adalah bahwa cairan air tidak
akan lebih dari 10 meter dibawah permukaan."
[28]
Pada tanggal
20 September 2006,
sebuah foto dari satelit Cassini menemukan cincin Saturnus yang belum
ditemukan, diluar cincin utama Saturnus yang lebih bercahaya dan di
dalam cincin G dan E. Cincin ini merupakan hasil dari tabrakan
meteor dengan 2 satelit Saturnus.
[29]
Pada bulan
Juli tahun
2006, Cassini melihat bukti pertama danau hidrokarbon didekat kutub utara Titan, yang dikonfirmasi pada bulan
Januari tahun
2007. Pada bulan
Maret tahun
2007, beberapa gambar didekat kutub utara Titan menemukan "lautan" hidrokarbon, yang terbesar dimana besarnya hampir sebesar
Laut Kaspia.
[30]
Pada tahun
2006, satelit itu telah menemukan dan mengkonfirmasi 4 satelit baru. Misi utama satelit ini akan berakhir tahun
2008
ketika pesawat angkasa akan diperkirakan menyelesaikan 74 misi
mengelilingi orbit disekitar planet. Namun satelit itu diperkirakan baru
menyelesaikan setidak-tidaknya satu misi.
Penglihatan paling baik
Saturnus adalah planet terjauh dari 5 planet yang paling mudah dilihat dengan mata telanjang dan 4 planet lainnya adalah
Merkurius,
Venus,
Mars dan
Yupiter (
Uranus dan
4 Vesta
terlihat dengan mata telanjang ketika langit gelap) dan planet terakhir
yang diketahui oleh astronom awal sampai Uranus ditemukan tahun
1781.
Saturnus muncul dalam penglihatan mata telanjang pada saat langit malam
sebagai titik terang dan berwarna kuning. Bantuan optik (teleskop)
perlu diperbesar setidak-tidaknya 20X untuk melihat cincin Saturnus bagi
banyak orang.
[31]